Sehingga inovasi ini bertolak ukur pada target utama, yaitu Sustainable Development Goals (SDGS). Di mana pemanfaatan limbah industri rumah tangga berada di posisi sebagai BIOSPHERE.
“Kemudian dengan adanya upaya pengurangan pencemaran lingkungan, dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat pada kawasan tersebut,” tegas Luthfia.
Menurutnya, apabila kuliah hanya untuk mendapatkan nilai saja tidak cukup. Maka perlu untuk mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan di perkuliahan secara langsung, melalui perlombaan salah satunya.
Ariz Fantrio Larosa juga mengungkapkan dengan adanya ECO-ROOFTILE ini mampu menjadi terobosan baru untuk wadah pelaku ekonomi kreatif mengembangkan usahanya dan menjadi sumber ekonomi.
“Dengan adanya 3 sumbu tahapan tersebut, maka perlu adanya kolaborasi dari partnership untuk menuju Goals utama yaitu Towards Sustainable development Goals Twenty and Thirty, yaitu antara produsen, peneliti, dan juga konsumen,” tambahnya.
Inovasi kebaruan ini, lanjutnya, dinamakan ECO-ROOFTILE. Dimana pada proses pembuatan ECO-ROOFTILE ini, memiliki beberapa tahapan.
“Tahap yang pertama yaitu analisis pencarian masalah yang mengacu pada urgensi di kota kita. Tahap kedua yaitu mengumpulkan limbah cangkang telur, serabut kelapa, dan ampas tebu tersebut untuk dilakukan tahap pembuatan material. Tahap ketiga adalah cara membuat dan mencampur 3 bahan menjadi 1 adonan yang telah melalui proses takaran sesuai kebutuhan, yaitu 250 gram ampas tebu, 100 gr serabut kelapa dan 750 gr cangkang telur,” paparnya.
Pada 3 bahan limbah ini, masing masing mempunyai kelebihan dan keunggulan dari segi kandungannya:
– Cangkang Telur sebagai substansi terbanyak, karena dia memiliki zat kapur dan kandungan silicafum yg berfungsi sebagai pengganti tepung dan pemberi nilai kelenturan.
– Serabut Kelapa memiliki nilai tinggi pada serat yg kuat sehingga memberikan penunjang pada tekstur daya erat.
– Ampas Tebu memiliki kandungan silica yang dapat bereaksi dengan CA(CO)2 atau Kalsium Hidroksida yg dapat menggantikan komposisi 25% semen putih dalam pembuatan material genteng ini.
“Harapannya, inovasi ini dapat terwujud sebagai terobosan baru, terutama bagi rekan sejawat kami, para pelaku pembaharu bangunan,” pungkas Mahasiswa Arsitektur UMS itu.
Dalam kesempatan yang sama, dosen pembimbing Intan Pramesti Rochana, ST., MRK., itu mengungkapkan sangat senang diberi kesempatan oleh Kaprodi Arsitektur UMS untuk membimbing tim ini.
“Persiapan asistensi cukup singkat, sebetulnya ini baru riweh-riwehnya mahasiswa Arsitektur karena baru minggu tenang menuju UAS. Waktu itu baru padat-padatnya, tetapi mereka sangat bersemangat,” ujar dosen Arsitektur UMS itu.